Thursday, 22 November 2012

Prison!!!


Penjara!!! Setiap kali mendengar kata penjara hal yang muncul dalam pikiran saya adalah menakutkan, gelap, berbahaya, penuh dengan orang-orang jahat bertato, berbadan besar dan lain-lain. Pikiran-pikiran ini, saya dapatkan dari film-film Hollywood yang sering saya tonton. Hehe… tapi sebenarnya…penjara yang pertama kali saya kunjungi dalam hidup saya, which is Lapas (lembaga pemasyarakatan) kedung pane, Semarang Jawa Tengah tidak seseram yang saya bayangkan sebelumnya.

Saya bahkan terkejut dengan kecanggihan teknologi yang di miliki lapas ini ketika pertama kali masuk ruangan kunjungan untuk melapor diri. Bisa dibilang alat-alat yang dipakai sudah cukup canggih dan modern. Buktinya untuk mengambil nomor antrian, saya hanya memencet tombol hijau di sebuah alat yang seperti biasanya di pakai di parkiran mall-mall atau gedung-gedung perkantoran dan kemudian akan keluar dengan sendirinya kertas yang sudah ada nomer antrian nya. Disamping itu, setelah pelaporan semuanya selesai saya dan pengunjung lainnya harus berfoto dan meninggalkan kartu identitas.



Ketika masuk kedalam lingkungan lapas, saya tidak merasakan adanya perubahan atmosphere yang seperti saya bayangkan sebelumnya, situasinya biasa saja, tidak menyeramkan dan tidak gelap. Kebetulan waktu kunjungan saya bertepatan dengan jadwal kunjungan jadi ada banyak tahanan yang duduk-duduk di luar bersama para keluarga, sahabat, ataupun orang-orang seperti saya yang ingin tahu seperti apa kehidupan di dalam penjara.

Kebetulan napi-napi yang ingin saya kunjungi adalah mereka yang terlibat dalam kasus khusus “Terrorisme”. Saya hanya ingin tahu seperti apa sih napi-napi teroris, apakah mereka begitu menyeramkan seperti yang selama ini saya pikirkan, atau bagaimanakah? Rasa penasaran saya terjawab sudah, ternyata mereka tak semenyeramkan yang saya pikirkan sebelumnya. Namun, lagi-lagi semua orang memilik standard tersendiri tentang seberapa seram dan tidaknya sesuatu hehe…

Pada awalnya, temen yang membawa saya agak khawatir saya tidak bisa bertemu dengan mereka, karena saya perempuan dan kebetulan lagi saya tidak memakai jilbab besar. Tapi, saya nekad saja.. karena niat saya hanya ingin tahu seperti apa mereka yang sebenarnya? Tidak ada niatan yang lainnya. Menariknya ketika sampai di dalam, saya di terima dengan baik oleh beberapa napi kasus teroris. Saya diajak ngobrol baik-baik tanpa ada judgment dengan cara saya berpakaian. Bahkan hal menarik lainnya adalah, pandangan salah seorang napi kasus bom Bali I tentang perempuan. Sebelumnya, saya berpikir orang-orang seperti beliau memiliki pandangan yang konservatif tentang perempuan dan setuju dengan ide-ide yang bisa dibilang merugikan perempuan seperti poligami, pengekangan perempuan setelah menikah dll. Namun ternyata, menurut beliau hal-hal tersebut merupakan suatu bentuk pembohongan terhadap perempuan dalam bingkai agama. Menurut beliau, poligami hanyalah bisa dilakukan ketika keadilan bisa diberikan dan itupun sangat berat.

Sesekali sambil bercerita dengan napi-napi teroris tersebut, saya juga memperhatikan napi-napi lain yang sedang di kunjungi oleh keluarga mereka. Ada sepasang suami istri yang melepas rindu, ada anak dan ayah yang bisa kembali bermain bersama dan juga kerabat yang hanya ingin membesuk. Saat itu juga saya merenungi nasib saya, saya begitu beruntung memiliki kesempatan untuk bisa bebas kemanapun yang saya ingin kan tanpa ada tembok besar dan jeruji besi yang menghambat.

Monday, 22 October 2012

From a Terrorist to a Businessman


This is my first time directly meet Yusuf, one of the former combatants of Moro Islamic Liberation Front (MILF). Prior to our meeting, I thought Yusuf is just a usual man who works in a small-scale business in Indonesia. He looked simple and physically quite thin for a former combatant. Yes, of course body size is not a measurement to measure someone bravery. When I was living in Ambon during the conflict time I saw so many types of combatants (physically), some of them were short and thin but there were also some who were fat and tall. Okey… I think this is not an important topic to be discussed :D Lets move again to Yusuf…

Our meeting was due to his coming to Jakarta to participated in one of the event held by the Ministry of Cooperatives and Small and Medium Enterprises. Yusuf is seen has succeeded to move on from a former combatant to a successful small-scale businessman who can create job field for others. As I mentioned before, I never knew that Yusuf was also considered as a terrorist by Indonesian government due to his role in storing explosive materials in 2003. Since then, Yusuf was arrested and then became a free person in October 10, 2012 just several days ago.


 Noor Huda Ismail is the one who help Yusuf to change his life, during our conversation Yusuf talked a lot about how Noor Huda has helped him since he was in prison. He trusted Huda and wants to work together in business, they then established Dapoer Bistik (a restaurant) that served many types of bistik with Indonesian flavors in Semarang and Solo. Huda said that he wants to promote peace through foods. I don’t know why he chooses food, maybe because he considers that everyone in this world love foods and I think that’s absolutely true. However, Huda also argues that food is also used as symbol of welfare and peace in some of Indonesian traditional customs, for instance in Poso, Central Sulawesi there is a celebration called Padungku in which during the harvest time the local Muslim and Christian eat together to thank God. Likewise, in Ambon, there is also similar celebration called Makan Patita.

This idea of peace through foods reminds me of my Belgian friend “Sane” who loves to cook delicious Belgian chocolate and wants to have a peace restaurant where she can promote peaceful words and terms in her restaurant menu’s J

My conversation with Yusuf wasn’t so long due to his limited time in Jakarta, however I am so grateful to have a chance to discuss with him. He confessed that he regrets for his action as a bad man that had sacrificed innocent people; he even said that he was happy when he met Eka Laksmi who loses her husband in the first Bali Bombing. Eka didn’t treat him as an enemy and it made him feel sorry and also grateful. Yusuf said at present his life is more meaningful; he can help those who are in difficulties, open new job field for unemployment and also prove to his old friends that “Jihad does not always mean war in literally”.

I hope there will be more and more people who participate in a radical movement and use violent as tool to solve their problems starting to realize that it is useless to hurt each other, it is better for us to learn from each other then make a change. Hopefully Yusuf experiences can inspire us and leave a lesson learned. J  


   

Tuesday, 25 September 2012

Forum Kawasan TImur Indonesia VI


Hari ini saya sadar betapa kecilnya saya sebagai seorang manusia. Saya bukan apa-apa....meskipun saya sudah menyelesaikan studi sampai ke tingkat master jauh sampai ke negara orang, saya merasa saya tidak lebih baik dari orang yang hanya menamatkan sekolah mereka pada level sekolah dasar (SD) ataupun sekolah menengah (SMP). 

Mata dan telinga saya terbuka lebar-lebar ketika hari ini saya bertemu dengan berbagai macam manusia-manusia hebat dari kawasan timur Indonesia yang berani bekerja untuk kemanusian tidak dengan menggunakan otak melainkan hati nurani mereka. Tidak banyak orang-orang seperti ini di zaman sekarang ketika uang dan materi menjadi prioritas utama sehingga hal-hal lain seperti kelestarian lingkungan, toleransi, kehidupan damai antar umat beragama, suku dan ras tidak lah lagi menjadi hal yang penting. Manusia-manusia ini dihidupkan Tuhan untuk menyadarkan saya, untuk membuka hati dan pikiran saya, untuk membuat saya malu dan berkaca tentang apa saja yang sudah pernah saya perbuat sebagai seorang manusia dalam hal kebaikan diatas bumi ini? 

Thursday, 28 June 2012

Agama dan Resolusi Konflik

Kali ini saya pengen mencoba menulis kelanjutan dari disertasi saya menyangkut Islamic conflict resolution, yang sudah saya jelaskan di tulisan sebelumnya.

Jujur aja, kepala saya rasanya sudah mau pecah dan otak saya sepertinya sudah hampir meleleh karena setiap hari harus membaca berbagai macam konsep yang tidak familiar sebelumnya. Tapi yaa... disitulah letak kenikmatannya hehehe...

Tujuan saya menulis kali ini, seperti biasanya untuk menumpahkan isi kepala yang sudah sangat penuh dengan istilah-istilah resolusi konflik dan Islam dan berharap bisa melanjutkan perjuangan berikutnya dengan kepala yang lebih ringan, hehe...

Topik hari ini menyangkut dengan agama dan resolusi konflik... pertanyaan yang muncul pertama kali dalam kepala saya ketika membaca bahan-bahan yang berhubungan dengan topik ini adalah,,, kenapa sih agama perlu dipertimbangkan dalam proses penyelesaian konflik? Seberapa penting peran agama dalam resolusi konflik?

Friday, 8 June 2012

Islamic Conflict Resolution

Heloo everyone, saya kali ini kembali lagi dengan topik yang sedikit agak berat...hehe

Berhubung topik disertasi saya adalah Islamic Conflict Resolution as a new model for conflict resolution in Ambon Maluku, lagi-lagi saya ingin membagi Ilmu yang masih sedikit saya miliki untuk meringankan isi kepala saya, hehe

Ya, mungkin topiknya cukup menarik dan menimbulkan banyak pertanyaan menarik, tapi sesungguhnya sangat sulit sekali. Buktinya baru pertama kali ini saya hampir membaca satu buah buku ilmiah sampe selesai, hehe.... biasanya skimming scanning doang hanya topik-topik yang penting aja yang dibaca...

Okeh pasti pada penasaran kenapa sampe ada wacana tentang Islamic conflict Resolution (Resolusi Konflik yang Islami)? Emangnya apa bedanya resolusi konflik yang biasanya dipake sekarang dengan yang ada embel-embel Islam nya? 

Saturday, 2 June 2012

ila in Northern Ireland

Wahhh setelah hampir 10 hari lebih tidak membuka buka blog kesayangan, hari ini saya kembali lagi... :D 

Banyak bangat cerita yang ingin saya bagi ke teman-teman tentang Irlandia Utara dan konflik nya, tapi karna masih sibuk dengan dissertation and deadlinenya, kali ini saya mau cerita yang asik-asik aja ya tentang Irlandia Utara, cerita tentang konflik nya akan segera menyusul...okeh okeh...

Pertama, kecantikan alam negeri ini emang luar biasa bangat...kalau kalian pernah liat video clipnya Westlife yang if I let you go pasti bisa membayangkan deh gimana bagusnya alam Irlandia. Namun, berhubung kemarin saya hanya berkeliling di sekitaran North and South of Ireland tempat-tempat yang saya kunjungi juga cuman sekitar kedua lokasi tersebut. 

Ada dua tempat yang sungguh luar biasa cantiknya yang wajib untuk di kunjungi kalau kalian-kalian nanti ke Irlandia Utara, pertama Carrick-a-Rede Rope Bridge dan The Giant's Causeway :) 

Carrick-a-Rede Rope Bridge adalah jembatan gantung yang digunakan untuk menghubungan kita ke pulau Carrick-a-Rede, pulau kosong yang tak berpenghuni. Sesampainya di pulau ini kita bisa menikmati pemandangan yang spektakuler dan melihat berbagai macam jenis burung, disamping itu kita juga bisa melihat Scotland dan Rathlin island  dari sini :)


Monday, 14 May 2012

Museum Maluku

Dalam rangka menyambut hari Pattimura yang jatuh pada hari ini 15 Mei, saya ingin menulis tentang Museum Maluku yang ada di Utrecht Netherlands. 

Mungkin kalian pada bertanya kenapa saya tidak menulis tentang sosok Pattimura saja? Jawabannya simple, sudah banyak teman-teman saya yang menulis tentang pattimura hari ini dan menurut saya tulisan-tulisan mereka sudah sangat jelas dan bisa menggambarkan sosok Pattimura yang sebenarnya. Terus, pertanyaan berikutnya mungkin bagimana kalian bisa mengakses tulisan teman-teman saya tsb? Ini dia ada alamat twitter salah seorang teman yang cukup jelas memberikan deskripsi tentang Pattimura dan perjuangannya dimasa penjajahan dulu (@iphankdewe). Silakah di akses kalau berminat :) 

~~~~~~~~~~~
Okeh, pada umumnya museum yang merepresentasikan suatu daerah tertentu di dirikan di daerah yang bersangkutan (saya mengeneralisasikan koq hehe), namun yang menarik kali ini adalah Museum Maluku yang di dirikan di negara lain which is Netherlands (Belanda), seperti yang kita semua ketahui (hopefully) kalau Maluku adalah salah satu provinsi yang berada di timur Indonesia. Tapi koq bisa Museumnya di dirikan di Holland? apa yang membuat Maluku begitu special sampai-sampai bisa memiliki museum sendiri di negara lain? Hmmm, selama ini dalam pelajaran sejarah dulu sewaktu kita duduk di bangku SD sampai SMA sering didiskusikan kalau Belanda dan Maluku memiliki hubungan yang cukup romantis, dikarenakan Maluku adalah basis Belanda dalam masa penjajahan untuk wilayah Indonesia bagian timur. Tapi apakah hanya karena romantisme masa lalu ini, Museum Maluku boleh di didirikan di negara kincir angin ini? 

Jawabannya tentu saja tidak, ketika Indonesia merdeka sekitar tahun 1945 dulu tidak semua warga Maluku ingin bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia karena beberapa alasan seperti perbedaan agama dengan mayoritas daerah lainnya di Indonesia dan juga privilege (Hak Istimewa) yang diberikan oleh pemerintah Belanda kepada warga Maluku yang membuat mereka merasa lebih baik dibandingkan bangsa lainnya yang ingin bergabung dengan Indonesia pada saat itu. Hal inilah yang membuat ada beberapa generasi Maluku yang memilih untuk pindah ke Belanda dan melanjutkan perjuangan mereka disana. Inilah alasan Museum Maluku berdiri di negeri kincir angin ini, karena cukup banyak juga warga keturunan Maluku yang berdomisili di sana. Disamping itu, dari hasil diskusi saya dengan orang-orang Maluku yang ada di Utrecht, Museum ini juga merupakan salah satu hadiah yang di berikan oleh pemerintah Belanda yang gagal memenuhi janji mereka di masa lalu untuk membantu perjuaangan orang-orang Maluku yang kecewa dengan bersatunya Maluku dengan Indonesia (Untuk informasi lebih lanjut, kalian bisa mengakses buku-buku sejarah tentang Maluku di KITLV Indonesia, silahkan di Google linknya :D)  
Pertama kali masuk ke dalam museum ini, saya benar-benar terpesona, karena sebagai anak Maluku yang sedang berada jauh dari rumah ketika itu, mengunjungi museum ini sedikit mengobati rasa rindu saya hehe.... Suguhan lainya yang cukup eyes catching ketika pertama kali berkunjung ke museum ini adalah dua buah jam dinding besar yang menunjukkan perbedaan waktu antara Utrecht dan Maluku :)