Thursday 28 June 2012

Agama dan Resolusi Konflik

Kali ini saya pengen mencoba menulis kelanjutan dari disertasi saya menyangkut Islamic conflict resolution, yang sudah saya jelaskan di tulisan sebelumnya.

Jujur aja, kepala saya rasanya sudah mau pecah dan otak saya sepertinya sudah hampir meleleh karena setiap hari harus membaca berbagai macam konsep yang tidak familiar sebelumnya. Tapi yaa... disitulah letak kenikmatannya hehehe...

Tujuan saya menulis kali ini, seperti biasanya untuk menumpahkan isi kepala yang sudah sangat penuh dengan istilah-istilah resolusi konflik dan Islam dan berharap bisa melanjutkan perjuangan berikutnya dengan kepala yang lebih ringan, hehe...

Topik hari ini menyangkut dengan agama dan resolusi konflik... pertanyaan yang muncul pertama kali dalam kepala saya ketika membaca bahan-bahan yang berhubungan dengan topik ini adalah,,, kenapa sih agama perlu dipertimbangkan dalam proses penyelesaian konflik? Seberapa penting peran agama dalam resolusi konflik?



Ada banyak penjelasan yang bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya diatas,,,,
Pertama, peristiwa 11 September 2001 membuat masyarakat internasional mulai menyadari akan pentingnya peran agama dalam peristiwa ini, kemudian disusul dengan pernyataan Presiden Amerika Serikat tentang perang melawan teror (war on terror), ditambah dengan invasi Amerika Serikan ke Iraq, Palestina vs Israel, Konflik Kosovo, Bosnia, India vs Pakistan, Irlandia Utara dan beberapa konflik lainnya di dunia ini yang berbau agama menunjukan kalau agama tidak bisa dipandang sebelah mata.

Agama adalah bagian dari identitas individu ataupun kelompok sosial yang memiliki peran yang sangat kuat dalam penentuan nilai-nilai dan norma-norma sosial seperti: kebebasan, ketakutan, keamanan, penentu benar ataupun salahnya sesuatu, hal-hal duniawi ataupun akhirat. Agama bisa dijadikan obat dan juga racun (well you can argue me for pick this idiom), agama bisa dijadikan alasan terjadinya konflik dan bisa juga digunakan untuk menyelesaikan konflik. Namun sayangnya, kebanyakaan dari penelitian yang ada sekarang lebih senang membahas tentang agama sebagai penyebab terjadinya konflik, bukannya mencari nilai-nilai perdamaian yang ada pada agama dan dijadikan sebagai suatu pegangan ketika konflik akan terjadi.

Saya sih berharap karya saya kali ini bisa memperkaya studi resolusi konflik dan agama, dimana agama digunakan sebagai alat untuk menciptakan perdamaian. Alasan lainnya kenapa agama penting dalam proses resolusi konflik adalah proses perdamaian dengan menggunakan cara keagamaan bisa menciptakan adanya rasa keterlibatan dan komitmen yang besar untuk terus menciptakan perdamaian yang berkelanjutan bagi pihak-pihak yang berkonflik. Mungkin dalam bahasa yang sederhana ada nuansa spiritual yang tercipta ketika agama dilibatakan, mungkin juga karena adanya kepercayaan keterlibatan Tuhan dalam setiap perjanjian perdamain yang diciptakan sehingga adanya rasa takut untuk melanggar janji-janji yang sudah di ucap.

Namun, lagi-lagi hal ini masih bisa dikritisi karena melihat apa yang terjadi sekarang dengan masyarakat beragama di dunia, agama hanyalah sebuah pakian yang digunakan untuk menunjukan identitas semata, tidak banyak manusia yang benar-benar beragama. Saya terkadang heran, ketika agama dijadikan katalisator untuk melakukan hal-hal yang anarkis banyak yang ingin terlibat untuk membuktikan kualitas keagamaannya, namun ketika agama mengajarkan untuk melakukan kebaikan banyak yang tidak mengerjakan, berpura-pura tidak tahu, ataupun tidak mau mengakuinya. Hal ini membuat saya agak pesimis... 

Saya berharap konsep resolusi konflik dan agama ini bisa dikembangkan di Indonesia sebagai alternatif lain dari konsep-konsep resolusi konflik yang sudah ada, namun ketika melihat situasi yang terjadi sekarang di negara kita saya kembali pesimis karena agama sekarang lebih suka digunakan sebagai alat untuk menjastifikasi kekerasan, tindakan semena-mena kepada yang lain, alat untuk main hakim sendiri dan juga alat politik. Saya yakin dari kelima agama yang diakui di Indonesia dan satu aliran kepercayaan tidak ada yang mengajarkan pemeluknya untuk melakukan kekerasan kepada sesama terkecuali untuk membela diri, saya juga yakin agama-agama tersebut tidak mengajarkan pemeluknya untuk mencuri hak yang bukan miliknya, ataupun melakukan perbuataan-perbuatan jahat lainnya yang hanya merugikan pihak lain dan menimbulkan kerusakan di dunia.

Contoh sederhana yang mebuat saya pesimis dari Indonesia adalah, hampir semua pemimpin kita adalah orang yang beragama, entah Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Budha, ataupun Hindu, namun kebanyakaan dari mereka sama sekali tidak mempertimbangkan nilai-nilai baik yang diajarkan oleh agama masing-masing ketika bertugas sebagai wakil rakyat, jadinya banyak yang korupsi, berbohong, menipu rakyat, memprovokasi masyarakat, melakukan hal-hal yang hanya sesuai dengan kepentingan pribadi mereka dan lain sebagainya. Memang sangat disayangkan, tapi itulah yang terjadi...

Namun, tidak ada salahnya juga untuk mencoba menerapkan nilai-nilai agama dalam proses penyelesaian konflik, toh meskipun banyak manusia yang hanya menggunakan agama sebagai pakaiaan dan alat untuk mencapai kepentingan duniawi...ada banyak juga benar-benar beragama dan menjalankan nilai-nilai dan norma-norma positif yang diajarkan oleh agama.

Masih banyak aspek dan hal-hal yang harus saya bahas dalam disertasi saya mengenai alasan pentingnya agama untuk dipertimbangkan dalam proses penyelesaiaan konflik dan saya harap beberapa poin yang saya tulis ditas cukup bisa membantu teman-teman yang membaca tulisan saya untuk sedikit mengerti tentang isu ini.

2 comments:

  1. Semoga Kak Nabila bisa menyelesaikan konflik yang ada di Dunia ini. Kak mau tanya. Apakah Sepakbola bisa dijadikan sebagai alat perdamaian betulkah begitu. Mohon penjelasannya?

    ReplyDelete
  2. terimakasih mba atas tulisannya

    ReplyDelete