Monday 26 March 2012

Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh

 
Sebagai bangsa yang besar, sudah sepatutnya kita bangga akan ke-aneka ragaman bangsa kita, bukan sebaliknya malu untuk berkata kepada dunia bahwa kita adalah bangsa Indonesia, dan lebih membanggakan bangsa lainnya yang belum tentu lebih baik dari kita. Biarlah masalah yang terjadi sekarang menjadi suatu pelajaran berharga untuk generasi kita yang akan datang, masa-masa sekarang adalah pelajaran yang berharaga sebelum kita memasuki masa dimana Indonesia akan menjadi salah satu emerging power country. 

Sebagai pemuda, saya selalu optimis akan hal ini, sekarang mungkin waktu nya untuk kita berada dalam masa-masa sulit seperti saat ini. Dinikmati sajalah, jangan banyak mengeluh. Lakukan apa yang bisa kalian lakukan sebagai orang muda, gunakan cara-cara yang intelektual dan berbudaya untuk mengaspirasikan apa yang kalian harapkan dari bangsa ini. Bukan sebaliknya menjadi alat-alat politik pragmatis untuk mencapai kepentingan orang-orang tertentu. Bukan kah dengan bersikap seperti itu, kita sama saja dengan generasi tua yang picik yang sekarang sedang menjajah bangsa dan negara sendiri?

Terkadang saya berpikir apa bedanya pemerintahan sekarang dengan para penjajah dijaman perjuangan kemerdekaan dulu? Mungkin tidak ada bedanya dan mungkin juga penjajahan oleh bangsa sendiri ini lebih pahit rasanya dibanding dulu ketika Belanda dan Jepang menjajah kita. Sangat Ironis memang, tapi apa boleh buat inilah yang terjadi.

 ---------------

Kemarin, ketika saya belajar mengenai isu-isu keamanan (security) di Sout East Asia, Indonesia adalah fokus utama karena kita adalah negara paling besar dan berkuasa dikawasan Asia Tenggara. Bahkan Asutralia dan China pun menganggap kita sebagai ancaman. Namun, itu dulu ketika Soekarno dan Suharto sedang berkuasa. Indonesia mulai jatuh sejak terjadi krisis ekonomi pada tahun 1998, ditambah dengan kepenatan masyarakat yang sudah muak dengan kepemimpinan otoriter pemerintahan Suharto. Reformasi pun terjadi, Indonesia mencoba untuk menjadi salah satu negara demokratis yang bisa memberikan kesejahtraan dan kebebasan kepada warga negaranya. Namun sayangnya mimpi itu masih jauh dari realisasi. 

Hal menarik dari kuliah kemarin adalah, mengenai ambisi pemimpin-pemimpin kita dulu. Menurut dosen saya, Soekarno memiliki ambisi untuk membuat Indonesia menjadi salah satu negara super power di dunia yang bisa memiliki posisi setara dengan U.S - Russia - China dan negara-negara besar lainnya. Sedangkan Suharto, hanya ingin fokus kedalam negeri, bagi Suharto masalah dalam negeri Indonesia sendiri sudah cukup banyak, jadi keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara super power bukanlah prioritas. Kemudian saya menganalisa sendiri mengenai ambisi SBY sebagai pemimpin Indonesia sekarang, SBY mungkin memprioritaskan keluarga dan partai nya. Mungkin bagi SBY untuk membuat keluarga dan partainya menjadi berkuasa dan kaya saja sudah susah apalagi membuat Indonesia menjadi negara super power atau men-sejahtrakan rakyat Indonesia. Jadi jangan banyak berharap :) 



Kemudian, pada hari yang bersamaan dengan kuliah hari itu, kampus saya mengadakan acara one world week. Dimana setiap mahasiswa dari berbagai negara di dunia di berikan kesempatan untuk memamerkan budaya bangsanya. Saya dan beberapa temen Indonesia disini berpartisipasi dengan membuka stall Indonesia. Di situ, kami menempel peta Indonesia ukuran XL agar masyarakat internasional tahu seberapa besar Indonesia. Kami juga menyediakan beberapa leaflet dan peta pocket, minuman dan permen jahe dan juga baju-baju tradisional dari beberapa provinsi yang ada di Indonesia. 


Stall kami sangat ramai di kunjungi mahasiswa lainnya, banyak yang berfoto menggunakan baju-baju tardisional kita dan mengungkapkan kekaguman mereka akan Indonesia dan budaya kita. Mereka juga terkesima karena meskipun Indonesia memiliki berbagai macam etnik dan suku dengan bahasa yang berbeda-beda namun semuanya bisa berkomunikasi menggunakan satu bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan meskipun pernah dijajah selama 350 tahun oleh Belanda, kita sama sekali tidak menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa nasional kita. Karena jika di bandingkan dengan Afrika yang juga kaya akan etnisitas dan budaya, namun mereka tidak memiliki satu bahasa yang bisa di gunakan untuk menyatukan mereka semua dan pengaruh kolonial masih bisa dirasakan dimana ada sebagian yang berbahasa Prancis dan Inggris. 



Jadi kesimpulan saya, jika kita (bangsa Indonesia) tetap berpegang teguh kepada peribahasa "Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh" maka mimpi kita untuk menjadi bangsa yang besar, bermartabat dan sejahtra sudah di depan mata. 





No comments:

Post a Comment