Wednesday 14 March 2012

Life, Weapon and The West

Beberapa hari yang lalu saya mencoba untuk pertama kali nya memegang senjata dan menggunakan nya secara langsung. Selama ini senjata api bukan lah sesuatu yang baru bagi saya, hidup bertahun-tahun dalam kondisi konflik membuat saya terbiasa dengan melihat berbagai macam jenis senjata api, dari yang model rakitan sampai yang super canggih. Semuanya menjadi teman bermain semasa itu.





Masih teringat dengan jelas dalam memori saya, ketika itu, listrik sudah padam lebih dari seminggu. Malam itu yang terdengar hanyalah bunyi letupan senjata yang bersahutan dengan bom yang dilempar berkali-kali, sampai-sampai tanah diatas rumah berpijak pun ikut bergoyang. Keluarga kecil saya sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini, mungkin juga dengan keluarga-keluarga lainnya yang ada di Ambon ketika itu. 

 
Ketika masa-masa seperti itu datang, ayah saya selalu berusaha menghibur saya dan adik saya dengan mengajak kami bercerita. Banyak hal yang kami ceritakan, entah pengalaman-pengalam di sekolah bersama teman-teman, guru-guru, pengalaman menjadi pengungsi dari satu kota ke kota yang lainnya, dan juga kondisi terkini di Ambon. Disamping itu, saya juga belajar untuk bercerita tentang mimpi saya. 

Ayah saya adalah orang yang paling setia dalam mendengarkan semua cerita saya, mimpi-mimpi saya, hal-hal yang menarik buat saya. Beliau tidak pernah bosan untuk mendengarkan semuanya tentang saya. Sampai kapan pun, beliau adalah satu-satu nya orang yang tidak akan pernah bosan mendengarkan semua ocehan saya dan akan terus percaya saya bisa menggapai semua mimpi-mimpi yang saya ceritakan ketika itu. 
----------------

Kembali ke cerita senjata, pagi itu jenis senjata yang saya pakai adalah Browning B725. Sebelum menembak kami di berikan instruksi singkat tentang hal-hal yang harus dilakukan sebelum dan sesudah menembak, bagaimana memasang dan mengeluarkan peluru, dan juga cara menyimpan dan mengeluarkan senjata untuk di pakai lagi. Cukup rumit dan sedikit membuat gugup, tapi menyenangkan karena ilmu ini tidak akan pernah saya dapatkan di bangku pendidikan formal, hehe...
Selama ini, saya hanya mempelajari tentang disarmament and weapon non-proliferation, bagaimana caranya untuk melakukan pelucutan senjata di daerah-daerah konflik dan menghentikan penyebaran senjata. Jadi kesempatan kali ini cukup bagus untuk menambah pengetahuan saya tentang jenis-jenis senjata.     


Sejak peristwa, 9/11 telah terjadi perubahan ancaman terhadap keamanan dunia (new security threat). Single powerful country bukanlah lagi ancaman bagi keamanan internasional, melainkan negara-negara gagal dan negara-negara yang memiliki kecenderungan terjadinya konflik. Hal ini disebabkan karena negara-negara yang termasuk dalam klasifikasi ancaman bagi keamanan Internasional ini bisa memproduksi kelompok-kelompok radikal yang akan menteror negara-negara lain nya dengan berbagai macam ideologi yang mereka anut, termasuk Islam.

Islam sangat ditakuti di Barat, dan sebagai seorang perempuan Muslim berjilbab yang berasal dari negara yang sering di sebut-sebut sebagai salah satu markas teroris, saya selalu diberikan berbagai macam pertanyaan yang memiliki kaitan dengan isu ini. Sering juga ketika sedang kuliah dan membicarakan masalah-masalah terorisme di negara-negara seperti Chechnya, Pakistan, Afghanistan, Palestine dll, ada beberapa gambar-gambar perempuan berjilbab sedang memegang senjata di pertontonkan sebagai bahan presentasi dan saya, sekali lagi sebagai satu-satu nya perempuan Muslim berjilbab dikelas selalu di lirik oleh teman-teman, bahkan dosen pun terlihat begitu kikuk ketika melihat saya, hehe...

Kadang saya merasa tidak nyaman diperlakukan seperti ini, tapi yasudah lah...memang tidak gampang merubah persepsi orang tentang kita yang sudah terbentuk sebelumnya tanpa tahu sebenarnya kita seperti apa. Bagi saya yang penting adalah terus bersikap baik kepada siapun tanpa memperdulikan latar belakang budaya dan agama nya :)

Namun satu hal yang membuat saya agak sedikit kesal adalah kemarin ketika kita sedang latihan menembak, dan salah satu teman saya yang berasal dari Amerika diledekin ketika dia sedang memegang dua senjata dengan candaan seperti ini "Ohh you are so American", respond dia, cukup santai "this is in my blood", namun ketika yang memegang adalah saya, "ohhh you look like terrorist"... hehehe...saya hanya tertawa geli saja, karena dengan begitu masyarakat barat sudah menunjukan secara langsung sikap ketidak konsistensian mereka akan konsep equality, human rights dan liberalism, karena sesungguhnya konsep-konsep ini tidak berlaku universal....

 The Shooter team


Me: as the best shooter :D



Semoga tulisan ini bisa berguna dan menjadi pembelajar, meskipun masih banyak kurang nya :)

   

No comments:

Post a Comment